Senin, 12 Desember 2011

The Frankenstone interview with Pussy Wagon

Beberapa tahun yang lalu kami di interview oleh Pussy Wagon, sebuah zine dari Bandung. Pertanyaannya buanyaak banget, dan aneh-aneh... jadi kami jawab dengan lebih aneh lagi, hohoho... tapi kami seneng banget karena punya kesempatan untuk dikenal oleh lebih banyak orang.Thx buat Milla dari Pussy Wagon.


Q: Halo The Frankenstone! Apa kabar? Gimana rasanya diinterview di Pussy Wagon? xD

Wow baik sekai, kami seneng sekali bisa di interview di Pussy Wagon. Eh, btw kok nama zinenya kaya situs porno ya?hahahaahhaha


Q: Bisa diceritain dulu, siapa kalian sebenernya? Jujur aja saya juga baru denger nama kalian akhir taun kemaren waktu maen ke Jogja, itu juga sekilas doang xD. Ceritain dong buat temen2 yg belom tau :D

Yah… kami ini cuma band kecil dari kota yang juga kecil, bisa dibilang nowhere. Kami cuma pingin main musik sebisanya, kalo ga bisa ya nyontek… karena itu kami cuma sekumpulan plagiat yang menyerupai band!

Kami ini : Putro= gitar/vocal, Gisa=bass/vocal, dan Jeje = drum/perkusi.

Kalo kamu payah, jorok, gagal di semua bidang, dicemooh banyak orang, amatiran, dipandang sebelah mata, maniak sex, terabaikan, pandir, pemalu, dan suka musik rock, kamu akan suka The Frankenstone. We play music for other dummies outhere.


Q: Kerjaan sehari-hari selain ngeband ngapain aja?

Putro sehari-hari adalah seorang guru SMP dan SMA, dan sekarang lagi sibuk karena mau UAN. Gisa masih kuliah Sastra Inggris di Sanata Dharma, IP semester kemaren dia dapat 4.00 lho! Dan lagi belajar untuk jadi penerjemah. Sedangkan Jeje juga masih kuliah Pendidikan Agama Katolik di Sanata Dharma juga.


Q: Eh eh, penasaran nih, ada filosofi tertentu di balik nama The Frankenstone ini? Gabungan dari Frankenstein sama Rolling Stones…? Biar jelek kayak Frankenstein tapi yg penting tetep rock ‘n roll gituh…? Hahahaha, sori2 sotoy nih…xD

Kami paling ga bisa kalo ditanya kenapa namanya Frankenstone, alirannya apa, bingung jawabnya…hahahaha… Ga da filosofinya, kita sendiri juga ga tau kenpa dulu kita namai Frankenstone, dulu kita cuma pengen nyari nama band yang kata-katanya ga ada waktu dicari di google, belum dipakai orang, bagus atau jelek yang penting belum ada yang pakai, hahahaha…


Q: Saya kan dapetin album kalian dari website Yes No Wave tuh, lagi iseng browsing ngeliat ada band namanya The Frankenstone dengan cover album bergambar cowok gendut-berbulu-jijay, didominasi warna pink mencrang yg mencolok mata, trus di-download deh albumnya karena penasaran. Dan pas didengerin…bluaarrr! Band appaaaa inniiii? Punk ketemu rock ketemu grunge padahal saya pingin aja rasanya nyebut itu rock ‘n roll. Tapi lagu2nya menyenangkan juga, catchy dan singalongable! *cieehh, hehehe. Padahal tadinya dikirain band aneh xP. Kenapa mutusin bikin band kayak gini? Emang influence nya siapa aja? Dari dulu udah maenin musik kayak gini ato gimana…? Kalian sendiri lebih seneng nyebut diri kalian sebagai band yg maenin apa? Silahkan ceritain proses bermusik kalian! :)

Kalimat pertanyaanya yang mana nih?hahahaha..

Sepertinya sepanjang karier kami, kami harus terus menegaskan kalo kita bukan band grunge, The Frankenstone adalah band rock saja! Kayak Motorhead yang menghabiskan sepanjang kariernya untuk mengatakan kalau mereka band rock n roll, bukan band metal!!!

Kami ga pernah ngrencanain bikin band kaya gini. Semuanya terjadi begitu saja. Kita bertiga tumbuh di lingkungan scene punkrock di jogja, tapi kami pingin bikin band yang beda dengan teman-teman kami.

Karena pada dasarnya kami itu payah, kami gak bisa berdandan aneh dan menyatakan diri pemberontak seperti band-band teman-teman kami itu.

Kita pingin bikin band yang ngeriff kaya band hardrock seperti AC/DCC, Black Sabbath tapi ugal2an dan ngebut kaya Motorhead dan band2 punk rock, tapi juga melodius. Itu konsep awalnya, tapi kami ga mau saklek sama konsep. Semuanya mengalir dan berubah dalam proses. Kami ga bisa menebak sebuah lagu akan jadi seperti apa sebelum mendengarkan hasil rekamannya.

Influences nya Putro itu band-band seperti Motorhead, Misfits, Ramones, Lars Frediksen and The Bastard, Black Sabbath, The Minutemen, AC/DC, dan Social Distortion.

Gisa sukanya The Muffs, The Queers, Green Day, Descendent, Toydolls, The Vandals, The White Stripes ,Flogging Molly, Black Lips… tapi tetep aja dia bukan belajar musik dari mereka. Bisa dibilang satu-satunya influensnya Gisa tu ya si Putro!

Sedangkan Jeje influensnya Bouncing Souls, Dropkick Murphys, Rancid, D.R.I, dan Transplants.

Banyak lagi lah

Proses bermusik kami dulu dimulai dari putro yang bosan dengan musik yang itu-itu aja, lalu ingin memulai bandnya sendiri. Dia dan gisa mulai bikin-bikin lagu bermodal gitar akustik. Trus gisa yang sebelumnya belum pernah pegang bass sama sekali memutuskan untuk main bass.

Kemudian, ya jadilah The Frankenstone. Kami kemudian sering mengalami penolakan dalam cari dramer, kami mengalami hal-hal paling buruk dalam manggung… tapi prinsip kami pokoknya main, good or bad, panggung gede atau kecil, yang nonton 1 atau 100, walaupun dulu kami ga punya dramer kita tetep main dengan modal gitar akustik..

Kemudian kami menemukan Jeje, satu-satunya dari dramer-dramer brengsek itu yang benar-benar jadi bagian dari The Frankenstone.

Sekarang puzzle kami sudah lengkap.


Q: Pas nanya Menus, katanya album ini dibikin udah lama, 2 taun yg lalu. Wahhh, telat banget dong gw T_T emang dirilisnya kapan sih, kok nggak ada gembar gembornya ya? Ceritain dong tentang pembuatan album kalian, ribet nggak?

Bukan 2 tahun yang lalu tapi itu prosesnya sejak 2 tahun yang lalu, sejak band ini berdiri. Memang ga suka gembar gembor, kami ga bikin loncing, kami ga nitipin album kami di distro atau apapun karena kami malas berurusan ma mereka. Kami menjual cuma dari tangan ke tangan karena kita juga pingin kenal orang-orang yang beli album kita… kita semua pemalas&pemalu, mau gimana lagi… Tapi mungkin suatu saat kita bakal koar-koar, gembar-gembor, loncing, kalo ada modalnya.

Album itu cuma direkam secara semi live, musiknya main bareng dulu lalu vocal direkam berikutnya. Untuk rekaman 19 lagu itu kami cuma menghabiskan total 750 ribu lho! Hahaaa… Sebenarnya lagu2nya udah lama selesai, tapi kita ga punya dramer jadi rekamannya tertunda-tunda,..

Kami memang ingin rekaman dan album kami simpel. Bukannya ga mau maksimal, tapi memang begitulah kami. Lagu-lagu ini rata-rata kami selesaikan pada take pertama. Bersih ato ga, we don’t give a damn! Hahaha…

Pokoknya, kami membuat album seperti yang ingin kami dengarkan.

Bagi orang-orang, mungkin rekaman kita cuma sekualitas demo, tapi biarlah, kita belum pernah bikin yang namanya demo, mungkin suatu saat kalo kami dah punya duit kami akan rekaman yang lebih bagus.

Banyak band merilis 12-15 lagu di dalam sabuah album, pasti ada alasannya. Untuk kami, kami merilis 19 lagu, karena lagu-lagu itu terkait satu sama lain. Bukan hanya sebagai sebuah album musik, tapi juga sebagai album kenangan akan musik seperti apa yang kami mainkan dalam jangka waktu itu, bagaimana cara kami memainkannya saat itu, apa saja influens kami saat itu, dan apa saja peristiwa yang kami alami di dalam masa itu.

Kami juga membuat sendiri artworknya (well, maksudnya menunggui sendiri orang yang bikinin kita artwork dan membawelinya, gambarnya begini, gambarnya begitu… hehehe… tapi gisa juga menggambar sedikit –sambil dibaweli putro.)putro yang membuat icon fatboy itu.


Q: Kok mau ngerilis sama Yes No Wave? Emang kalian nggak pengen ngerilis album secara fisik? Kalo yg pengen dapetin album fisik kalian buat koleksi gimana dong, kan saya mau juga…Opini kalian tentang net-label dan download musik gratis gimana? Keuntungannya buat band2nya sendiri apaan? Kalo saya sih suka yah, secara bisa dapet lagu GRATIS gitu…xD

Unduh music gratis memang mematikan industri musik, tapi sangat membantu untuk band-band baru. Tau kan band-band jaman dulu latihan sambil merekam musik mereka di kaset tape, digandakan, dan membagikannya sebagai demo. Sekarang kita tinggal convert ke MP3 dan lempar ke myspace atau mediafire, dia akan tersebar sendiri.

Yesnowave memberikan kebebasan artistic, kita ga harus kompromi, kita bisa ngeluarin album sesuka kita.

Kami mencetak 100 kopi CD dan sudah hampir habis dibeli, dari tangan ke tangan jualnya. Sejauh ini baru yang di jogja aja yang beli. Rencananya kami akan cetak lagi dan meluaskan target korban pembeli berikutnya, hahaha..

Kalo mau beli bisa hub putro 081578199900 atau gisa 085643661297

Lagipula, kami percaya orang-orang masih membeli CD dan kaset rekaman kok.

Merilis rekaman bukannya tanpa resiko, tapi kami percaya tetep ada aja yang akan mau beli. Akan tetap ada orang yang menantikan album baru keluar.


Q: Album ini dirilis sama For The Dummies Records juga ya? Itu records apaan dan punya siapa sih? Ceritain dong…trus denger2 dirilis label US juga ya?

For the Dummies records adalah record fiktif, Hahahah…The Dummies sebenarnya adalah sebutan kami untuk orang-orang yang mengikuti band kami. Orang-orang yang ga mau sok pinter dan sok keren, berpenampilan pandir dan imbisil dan hanya mengangkat bahu ketika orangtua mereka berteriak, “Mau ngepunk sampe kapan??? Get a life, son!”

Kalo band ini udah gede, mungkin For the Dummies records akan jadi records beneran, yang bisa bantuin band-band temen kami juga, band-band pandir lainnya, maunya sih seperti Hellcat records.

Hmm… dan masalah label US itu… Emang apa sih hebatnya label US? kami gak mau ngomong banyak tentang mereka sih. Mereka memang sedikit membantu kami. Tapi kok kayaknya naïf banget kalo kita denger frasa “label US!” lalu langsung tercengang-cengang. Beberapa orang Amerika memang jadi tahu kami, tapi Yesnowave dan FTD records lebih berjasa buat kami, jadi kami lebih seneng ngomongin tentang mereka aja.



Q: Vokalisnya terinspirasi Damon Albarn ya? *sotoy. Cara nyanyinya mirip sih…

Damon what? Albarn who? We hate Blur honestly, hehehehe…. sebenarnya putro pengen nyanyi kaya Lars Frederiksen dan gisa pengen nyanyi kaya Kim Shattuck tapi jadinya ya cuma kaya gitu, hahahahaha…


Q: Kenapa pink????!

Sebenernya itu bukan pink, tapi merah. Yang di Yesnowave itu versi CMYK nya yang di Corel. Kata temen kami yang nolongin bikin desain kover, kalo corelnya pink, ntar kecetaknya jadi merah. Trus kita asal aja kasih data corel itu ke Wowok Yesnowave, jadi yang kemuat di yesnowave yang pink deh, hahahaha… Kalo cover CD fisik ya merah warnanya.

Mungkin pertanyaannya harusnya jadi “Kenapa merah?????!” Tapi kita ga akan jawab karena bingung mikirnya! Hahaha..


Q: Itu logo The Frankenstone kan orang2an sawah bawa salib, maksudnya apaan? Kalo diliat sekilas mah kayak poster film Blair Witch Project…

Wah kita belum pernah nonton film itu! Hahaha…

Sebenernya itu logo hasil draft coret-coretan gak jelas, kemudian kami scan karena takut kami gak bisa gambar yang kayak gitu lagi. Yah, sama kejadiannya seperti band ini, gak jelas dan gak sengaja.

Dan memang ga ada maksudnya. Kami ga suka menyederhanakan segala macam hal dengan memberinya arti yang bisa dianalisis.


Q: Judul album kalian Don’t Be Sad, Don’t Be Gloom, The Frankenstone is Ugly, itu kayak semacam ajakan untuk bersenang2 dan bangga dengan ‘kejelekan’ diri sendiri. Entah itu jelek secara fisik ataupun kelakuan/sifat yg selama ini dianggep loser. Dari artwork album [gambar anak kecil cengeng, cowok gendut dan jelek, orang yg lagi muntah, cewek lagi boker, hal2 kayak gitu deh] sampe lirik-lirik kalian yg nyeritain tentang kesepian, stuck, naksir cowok orang, takut cepet tua, penyakitan, jadi cowok baik2 yg payah, tapi semuanya tetep ber-atmosfer ceria. Buat gw ini asik, kalian kayak menyajikan antitesis dari standar bikinan orang kebanyakan tentang apa itu ‘keren’, ‘bagus’ dan ‘bener’, bahwa yg buruk itu nggak se-buruk itu. It’s okay to be a loser, we love being ugly, it’s a part of ourselves! Eh, bener nggak? HUAAHHH, kepanjangan ah. Yaudah, nggak mau tau, pokoknya ceritain apa yg sebenernya mo kalian sampein di album ini…

Kami ga berusaha untuk menonjolkan imej jelek kami…. kami cuma mau jujur aja dengan keadaan kami. coba aja liat kami, vokalis+gitarisnya gendut penyakitan rambutnya dah mulai rontok; basisnya cewek berbadan lurus kaya guling, trus giginya kaya Fredie Merkuri; drummer kita kurus banget dan pada usia 20 tahun tubuhnya belum ditumbuhi bulu-bulu yang seharusnya semua laki-laki punya… bentuk kami nggak kayak anak band, dan kami culun, dan sukanya di rumah.

Kalau kalian adalah anak band, pasti kalian merasa kalau anak-anak The Frankenstone itu “enggak banget”.

Kami bukannya mau jadi “sok bodoh” dan teriak-teriak, “bodoh itu keren!!!”, Tapi apa pendapatmu mengenai album ini adalah pendapatmu mengenai kami secara pribadi. Kalo album ini terlihat “bodoh” dan “ga pedulian”, mungkin memang seperti itulah pendapat kalian kalo kalian kenal kami.


Q: Lirik2 yg kalian tulis punya relevansi yg kuat nggak sama kehidupan kalian sehari-hari? Maksudnya secara personal kalian emang kayak yg tercermin [saahh, tercermin…] dalam lirik kalian ato gimana?

Ya, semuanya adalah interpretasi dari kehidupan kami. Kalian sebenarnya ga perlu wawancara kami, baca saja lirik kami, semuanya ada di sana.

Putro bener-bener sakit, dia melakukan operasi septum deviasi untuk memotong tulang hidungnya yang bikin dia pilek dan flu terus menerus selama bertahun-tahun. Setelah itu dia bikin lagu-lagu yang berhubungan dengan kesehatannya, kayak I got a problem with my health, fever, dan lain-lain. Lirik-lirik kami juga banyak yang menyinggung ketakutannya kami jadi tua dan gak bisa main-main lagi, tentang pacaran kacangan, tentang jadi anak culun, dan lain-lain.

Kami masih menulis lirik dari sudut pandang orang pertama supaya personal. Semuanya ambigu dan “open ending”, jadi kalian bisa menginterpretasikannya sendiri, hahaha… Dan juga walo kisah nyata, semua lirik kami ditulis asal-asalan dan dipas-paskan dengan nada biar enak nyanyinya.


Q: Ordinary Love Song adalah lagu yg paling sering diputer di playlist saya beberapa minggu terakhir. Saya suka banget lagu itu! Manisnyaaa...Liriknya juga lucu banget. Ada cerita di balik lagu itu, pengalaman pribadi atau…?

Hahahaha… lagu ini emang kita bikin nakal. Konsepnya adalah tentang cewek asshole bertampang jelek tapi berbirahi tinggi tukang naksir cowok orang.


Q: Oke, saatnya pertanyaan lebay. Lagu Uncomercialized Prostitute itu tentang seseorang yg ‘mengabdikan’ dirinya untuk orang yg dia cintai banget ya? Sampe mau ngelakuin apa aja, rela jadi ‘pelacur yg nggak dibayar’? [eh namanya pelacur pasti dibayar nggak sih? Hehehe]. Ini punya kecenderungan ke arah fetish sex ato sadomasochist gitu nggak? Secara beberapa orang emang seneng di’miliki’, dikuasai, didominasi, di-humiliate, dan kalo dalem lagu ini sih dia kayaknya ‘rela’ aja diperlakukan seenaknya gitu. Ato emang udah cinta mati aja nih orang?

Uh no! Seks adalah seks, dan itu cuma bagian kecil, salah satu dari hal-hal besar yang dicakup lirik lagu ini. Kalo kamu sedang jatuh cinta secara kacangan, kayak anak umur 10 tahun dengan anjing kesayangannya, secara buta dan tuli, ya kayak gitu rasanya.


Q: Di ‘thanks to’ sleeve album kalian, kalian bilang makasih buat “those drummers who have rejected us”. Hahahaha. Kayaknya agak bermasalah nemuin drumer yg cocok ya...[sotoy]. Emang udah ganti drumer berapa kali? Kenapa drumer2 itu nggak ada yg betah sama kalian?

Wow masalah drummer, hahahaha….kami dulu pernah ga punya dramer, sampai2 tebar pasan ke myspace semua band, walaupun akhirnya ditolak semuanya, hahahaha…. Akhirnya kami mencari drummer seadanya, dan ternyata dapatnya drummer yang Travis Baker banget, ato drummer jazz, ato drummer yang aslinya fotografer, ato drummer yang lebih ngerock daripada kami!

Padahal dulu kami pingin punya dramer yang nggak kekinian, sikapnya biasa-biasa saja, tabiatnya gampang ditebak, nggak gumunan, tau banyak tentang musik, nggak gondrong, nggak berponi, nggak kerempeng, nggak merokok di atas panggung, nggak gumunan liat minuman, nggak melodik, tidak mabuk, tidak kriminal, dan cukup bahagia menjadi drummer kami…..lalu dramer2 itu bilang “hey, emangnya kalian ini siapa?” Hahahahaha…jadi lebih tepatnya bukan kami yang bermasalah dengan dramer tapi mereka yang bermasalah dengan kami…


Q: Apa arti band ini buat kalian?

The Frankenstone merupakan sebuah tempat bermain.

Contohnya begini, waktu kita masih anak-anak, kita semua pasti punya markas, tempat rahasia yang benar2 kita jaga. Hanya orang tertentu yang boleh masuk, beruliskan “orang dewasa dilarang masuk!” Tempatnya bisa di kamar, di luar rumah, dalam lemari, loteng … Di sana kita punya dunia sendiri, kita punya rahasia, kita menumpahkan hidup kita disana, membuat karya disana, menghiasnya dengan bunga2, bersenang senang dengen teman2… lalu setelah dewasa kita meninggalakannya begitu saja, hahahahaha…

Kamu pasti punya tempat seperti itu kan?

Kami pingin Frankenstone seperti itu, tidak ada yang boleh mengusik musik kami, persahabatan kami, kalau suka silahkan dengarkan kalo ga kami ga akan memohon2 untuk kalian menyukainya… yang penting kami seneng. Music is just supposed to be fun.

Kami saling menyayangi satu sama lain, sudah seperti keluarga sendiri. Tidak ada rockstar di antara kami. Kami main bareng, pergi bareng, bahas masalah yang ga ada hubungannya sama musik… Dan kalo band ini tidak lagi menyenangkan lebih baik bubar. Mungkin kedengerannya klise, tapi memang seperti itulah. Band ini milik bertiga. Orang dewasa dilarang masuk!!!!


Q: Seumur-umur manggung, gigs yg paling kacau dan heboh waktu The Frankenstone maen tuh di mana & kapan?

Hahahhaa… waktu itu kami manggung di sebuah tempat futsal, di acara nonton bareng MU ato apa… dan Jeje baru pertama kali manggung dengan kami. Terus kami manggung ugal-ugalan. Putro kayang-kayang dengan gitarnya, lalu naik-naik bass drum. Tiba-tiba, waktu dia loncat dari atas bass drum, mick buat bass drum masuk dan merobek membran depannya. Stand mick juga pada jatuh berantakan. Kemudian orang dari pihak sound langsung naik panggung, dan ketika lagun belum selesai, Putro langsung dipiting dan diajak berantem di atas panggung! Tapi kami berhasil memberesi instrumen kami, dan cepat-cepat kabur karena takut digebukin panitia. Selain itu, tangan putro juga retak ringan karena terlalu ugal-ugalan main gitarnya. Kami naik motor pulang sambil panik. Besoknya tangan Putro dipijet di tempat pijat alternatif, hahahaha


Q: Lagu kalian yg paling sering dinyanyiin sama temen2 kalian pas lagi manggung?

Waduh apa ya, kita ga pernah pake songlist, main lagu yang inget aja,hahahaha….


Q: Apa aja yg harus disiapin kalo pengen ngajakin The Frankenstone maen di kota kita? Secara dari denger2 dan baca2, aksi gitarisnya kalo manggung kan chaos gimanaaa gichu…jadi pengen liat…

Ya tinggal undang aja, ga da persaratan khusus, yang penting main, diberi tempat buat tidur, udah cukup! Hahaha… Karena kami masih band amatir maka kami belum punya management dan crew karena kami belum mampu membayar mereka. Dan kami juga nggak akan membohongi kalian dengan susunan management palsu seperti yang sudah banyak dilakukan band-band lain. Sejauh ini kami melakukan semuanya dengan bantuan teman-teman yang menyukai musik kami.


Q: Dapet denger dari si Menus, katanya pada bikin zine juga ya For The Dummies? Apaan aja tuh isinya? Mau baca doongg, belom dapet nih. Trade yuks! Kenapa bikin zine?

Kalo mau tukeran beli dulu CD kami,hehehehe….For the Dummies zine adalah zine bohongan yang kami tulis dengan asal-asalan untuk mempopulerkan musik kami! Hahaha… Jadi di setiap edisi ada berita tentang The Frankenstone, seakan-akan bukan kami yang nulis sendiri. Kami juga nulis tentang band-band temen-temen kami dan juga musik-musik yang kami sukai. Zine ini kami tulis pake Microsoft words, lalu karena gak ada yang bisa desain layout dan pake corel, kita print aja dan tempel-tempel sampe berbentuk majalah. Lalu di fotokopi yang banyak.


Q: Btw, ada kabar-kabar atau gosip baru nggak di Jogja? Lagi musim apa di sana? Ujan terus nggak?

!@@#$%^&&*()??????


Q: Saya selalu tertarik dengan band2 Jogja, mengingat scene musik Jogja yg distingtif karena banyaknya band yg berkarakter unik, berani dan kayaknya sih nggak peduli sama trend. Saahhh, lebay. Ada rekomendasi band Jogja yg layak disimak saat ini, berikut alasannya?

Benarkah? Wah, seumur hidup kami hidup di Jogja jadi ga tau bedanya. Biasa aja sih, kebanyakan orang-orang di sini yang ingin jadi anak band pengennya bisa terkenal dalam waktu 2 tahun. Kalo mereka ga berhasil terkenal, mereka akan memulai band baru lagi. Mereka lebih mementingkan jadi terkenal dan sukses daripada having fun main-main dalam band.

Ada juga band-band yang bagus tapi biasanya personelnya ya itu-itu aja.

Band2 Jogja favorit kami:

Putro : band jogja paling aku sula Fullmoon punx!! (http://www.myspace.com/fullmoonpunk)

Band dengan musik simple, greget, dan lirik yang brilian!! DOM 65 juga keren, musik mereka progresif dan rekaman mereka berkualitas standart tinggi!!!

Gisa : saya suka sekali dengna Djiwalangkadji (http://www.myspace.com/djiwalangkadji), band punkrock yang bermain sebisanya dan original menututku, tapi sayang sekali band ini sekarang nasibnya ga jelas, tapi untung saja menyisakan beberapa lagu yang sering kami kover… saya juga suka Gerap Gurita (http://www.myspace.com/gerapgurita)

, band folk punk, tapi sebelum ditinggal Anom dan Aink pergi kerja pergi kerja ke luar kota, sekarang band ini sucks.

Jeje: Human Chaos buat hardcore punk! Lihat ketika mereka live!!! dan Tante Gapekol (http://www.myspace.com/tantegapekol)

buat band oi! nya. Mereka salah satu dari band-band yang liriknya Bahasa Indonesia tapi jenius.


Q: Menurut pengalaman kalian, apa aja keuntungan dari terlihat bego?

Tidak ada tuntutan untuk berbuat pintar, hahaha… kalau kita lari dari tanggung jawab pasti dimaklumi. Kalo kami berbuat pintar, orang-orang akan terkejut.


Q: Enakan mana: sex, alkohol atau narkoba?

Wah, menurut kami slogan sex, drugs, and rock ‘n roll itu udah basi, karena ini bukan tahun 70an lagi di mana semua musisi harus gondrong, kurus, dan bertampang pemabuk! Hahahaha…

Lagipula kalo kami melakukan seks, minum, ato apapun itu kami melakukannya dengan cinta, untuk kenikmatan itu sendiri dan tanpa tendensi supaya terlihat keren ato rock n roll ato apa…


Q: Tempat ngopi paling manteb di Jogja?

Waduh kita ga suka nongkrong, apalagi cuma buat minum kopi… itu salah satu alasan kenapa gita kita ga punya temen dan dianggap bukan anak-anak “oke”.


Q: Pengennya masuk mana, majalah The Rolling Stones atau Playboy?

Masuk majalah mana aja deh… masuk majalah Misteri di bagian pellet dan susuk juga bakal tetep bikin kami kegirangan.


Q: Kalo ada 3 hal yg mendingan nggak usah dan nggak pernah ada di muka bumi, itu pastilah…

Eeerrr… yang jelas bukan Putro, Gisa, dan Jeje.


Q: Rencana atau proyek ke depan dengan The Frankenstone ato kehidupan kalian sendiri? Ada cita2 yg belom tercapai?

Kalo rencana kehidupan sendiri sih, kalo Putro lagi ngejar target jadi guru bersertifikasi. Kalo Gisa lagi test untuk bisa diterima jadi penerjemah di Gramedia Pustaka Utama. Kalo Jeje, dia lagi sibuk nungguin pendaftaran siswa baru reguler di Sadhar biar bisa pindah jurusan dari Pendidikan Agama Katolik.

Sebagai band, kita lagi menikmati manggung, bikin kaos, dan jualan CD, lalu dapet temen-temen baru. Kita lagi bikin lagu-lagu untuk album berikutnya dan berikutnya lagi walo album yang sekarang juga belum habis terjual, haahha..


Q: Oke, segitu aja ya, udah kehabisan pertanyaan nih. Ada kritik/saran/pertanyaan?

Itu udah banyak banget mbak, mpe bingun jawabnya,hehehehe…

Ada pertanyaan! kenapa namanya Pussy Wagon? yang terlintas langsung cewek2 blonde dengan payudara besar dan lingery megang cambuk dan topi polisi,hahahahaha…..

Kemudian kenapa nama panjangnya ada For Dummies nya? Bisa diilangin gak For Dummiesnya? Hahahhahaa…


Q: Makasih temen2! :D

Makasih juga., Sori kalo cerita kita gak sesuai dengan harapan kalian, tapi paling tidak kami jujur,hehe…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar